Minggu, 24 Juni 2012

Taman Sakura

Hari ini musim dingin,aku dan kakakku sedang berjalan-jalan di taman penuh salju. Tiba-tiba kakaku jahil melemparku dengan bola salju yang tebal. Sontak saja aku kaget dan seraya aku langsung membalasnya. Kakakku langsung gelagapan. Aku tertawa terkekeh. Habisnya lucu melihat wajah tampan kakakku menjadi seperti badut. Kakakku pun ikut tertawa. Lalu aku langsung menggenggam tangan kakakku mengisyaratkan bahwa aku ingin mengajaknya ke suatu tempat. Kakakku tersenyum hangat kepadaku. Ia tau bahwa aku ingin  mengajaknya jalan-jalan kembali. Itulah kakakku,Ia tahu segalanya tentang adiknya yang lugu. Kakakku menebak bahwa aku ingin melihat bunga sakura. Aku tidak menjawab apa-apa karena aku ingin memberinya surprise.
Lalu sampailah kami berdua di depan sebuah bangku taman yang dipenuhi oleh butiran-butiran salju lembut. Aku langsung menutup mata kakakku,sepertinya dia tahu bahwa aku ingin memberinya surprise. Lalu aku membalikkan badan kakak ke arah belakang. Tanganku masih berada di wajah kakak. Kulihat kakak tersenyum kecil,sepertinya dia senang. Setelah beberapa menit kututup mata kakakku,akhirnya aku langsung melepaskan tanganku dan membiarkan kakak membuka matanya. Seketika mata kakak terlihat kaget dan senang,bahkan mulutnya sampai ternganga. Aku tahu yang dirasakan oleh kakakku,karena aku pun juga merasakannya. Kulihat muka kakak berseri-seri dan terharu saat melihat kejutan itu. Taburan bunga Sakura merah muda membentuk sebuah tulisan Jepang “Aishiteru” di atas tumpukan salju tebal bewarna putih lembut di dalam taman penuh cinta itu,taman yang hari ini kukunjungi bersama kakakku.
Mata kakak berkaca-kaca menahan tangisan,Ya tangisan senang dan terharu atas kejutan yang kuberikan. Seraya kakak memelukku yang tepat berada di sampingnya. Aku terlonjak kaget. Kakakku memelukku dengan erat dan sangat hangat. Layaknya seorang ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan anaknya dan akhirnya mereka bertemu kembali. Kakak membisikkan sesuatu kekupingku yang membuat hatiku luluh seketika.
“Aku juga menyayangimu,adikku.” Ucap kakak yang membuatku terharu. Aku pun juga memeluk kakakku dengan erat. Beberapa orang di taman itu melihat kami berdua berpelukkan. Mungkin mereka merasa aneh. Tetapi aku dan kakak membiarkan itu. Ibuku pernah bilang seharusnya aku bersyukur mempunyai kakak yang sangat perhatian,aku bilang aku memang sangat bersyukur karena mempunyai dia,kakak memang malaikatku,dialah pelindungku selama ini,makanya aku tidak ingin kehilangan kakak. Cukup sampai sini cerita singkat tentang kehidupanku,bahkan aku lupa memperkenalkan diri.
Namaku Aya,lengkapnya Atsutane Aya kadang aku dipanggil Aya-chan atau bisa juga dipanggil Yeon Hyo,memang keluargaku keturunan Jepang-Korea. Kalian pasti ingin tau nama kakakku,nama kakakku adalah Handa lengkapnya Atsutane Handa kadang dipanggil Handa atau Wan Sang,lengkapnya sih Park Wan Sang. Tahun lalu aku berhasil lulus dari Japan Junior High School,dan tahun ini aku sekolah di Baehwa Girl’s High School di Korea,ya memang tahun lalu setelah aku lulus keluargaku pindah ke Korea. Rasanya tinggal di Korea atau di Jepang sama saja,tak ada bedanya,ya paling bedanya cuma bahasa yang kami pergunakan. Oh ya kakakku sekarang sekolah di Han Gook University di bidang Department of Art. Kakakku memang menyukai seni.
Saat Musim Semi…
Hari ini musim semi,teman-temanku mengajakku ke Taman Sakura. Pasti kalian tahu Taman Sakura. Itu loh taman yang waktu itu aku kunjungi bersama kakak pada saat musim dingin,sekarang musim dingin sudah berlalu dan berganti dengan musim semi. Musim semi itu musim yang paling aku suka,karena saat di musim semi,bunga sakura bermekaran,makanya aku sangat senang. Di Taman Sakura sudah ada Jung Hee,In Hee,dan Micha. Sedangkan aku masih menunggu Mio. Aku berangkat kesana bersama Mio. Setelah semua sudah berkumpul disana kami berlima langsung menggelar tikar di taman untuk makan. Masing-masing dari kami membawa keranjang makanan yang isi makanannya berbeda-beda. Pertama aku membawa Kimchi buatan ibu dan aku(sebenarnya sih banyakan ibu yang buat). Lalu Mio membawa Bungobbang(roti berbentuk ikan isi kacang merah). Lalu In Hee membawa kotak bekal makanan yang isinya sangat banyak termasuk telur gulung,sushi,dll. Sedangkan Jung Hee membawa buah-buahan segar. Dan terakhir Micha membawa makanan khas Prancis yaitu Macaroon. Memang Micha itu bule korea. Nama panjangnya Caroline Michele Carrine.
Akhirnya setelah meletakkan tikar kami langsung duduk dan membuka keranjang makanan kami masing-masing. Terlihat semua makanan sangat menggiurkan,membuat mulutku mengences seperti bayi,bukan hanya aku semua temanku juga ngiler melihatnya. Setelah berdoa bersama kami langsung melahap makanannya. Dan dalam beberapa menit semuanya menjadi “cling” karena habis dilahap kami berlima. Setelah selesai kami langsung pulang,karena sehabis ini teman-temanku masih mempunyai acara masing-masing bersama keluarganya. Aku hanya sendirian berjalan kaki sambil termenung. Sekarang memang kakak tidak ada,karena sedang pergi ke suatu tempat.
Musim Semi berlalu dan akhirnya Musim Panas. Kali ini aku dan kakakku akan pergi mengunjungi Taman Sakura lagi. Kegiatan seperti ini sudah menjadi rutinitas kami setiap awal musim.
Musim Panas Berlalu…
Musim Gugur…
Pagi ini musim gugur hari pertama. Aku sangat semangat untuk keluar rumah,karena aku ingin melihat guguran daun-daun yang menawan. Dan hari ini aku sekolah,tetapi tidak belajar di dalam kelas,melainkan di luar kelas. Karena sedang musim gugur,maka karena itulah Wali kelasku,mengajak semua anak kelas sepuluh untuk pergi ke taman. Aku juga belum tau akan pergi ke taman apa,tetapi pokoknya hari ini aku senang.
“Ibuu..bekalku mana?” tanyaku kepada ibu.
“Tunggu sebentar sayang!” Jawab ibu.
“Cepat sedikit bu,aku takut telat!” teriakku lagi
“Iyaya,ini bekalnya dan uangnya.” Ibu memberiku kotak makanan dan uang.
“Terima kasih ibu..bye,aku pergi dulu ya ibu” salamku kepada ibu.
“Hati-hati di jalan ya Aya.” Balas ibu. Aku langsung berlari keluar rumah. Dan ternyata di depan pagar ada Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha.
“haaaa!” teriak Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha bersamaan.
“Kalian mengagetkanku saja..hampir saja aku terjatuh!” teriakku kepada mereka semua.
“Hehehe..maaf Aya !” ucap mereka semua sambil menyengir.
“kenapa kalian tidak bilang ingin menjemputku?!” ucapku setengah marah.
“kami ingin memberimu kejutan” ucap Mio.
“kejutan? hei!aku tidak berulang tahun sekarang.” Ucapku lagi.
“Memang Aya-chan,kami hanya ingin mengejutkanmu saja kok.” Ujar In Hee sambil mencubit pipiku.
“Hhhh..baiklah,ayo kita berangkat!” ajakku kepada mereka semua.
Sesampainya Di Sekolah…
Aku,Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha telah sampai di sekolah. Aku sangat bersyukur kita semua tidak telat. Kalau saja kita telat satu menit,mungkin kita akan ditinggal.
“Ayo Anak-anak cepat berkemas kita akan segera berangkat!” teriak wali kelasku memakai megaphone.
Semua anak langsung diam dan membuat barisan yang teratur. Dan akhirnya kami berangkat. Kami semua menaiki bus yang telah disewa. Kami tidak seperti anak TK yang masih dibimbing,kami bebas mau kemana saja asal tidak jauh dan harus bersama-sama dengan temannya. Dan setelah menempuh perjalan sekitar 20 menit,sampailah kami semua di taman itu. Sesaat sekilas aku melihat papan yang bertuliskan “Selamat Datang” di depan taman itu.
“Sepertinya aku pernah kesini” Batinku dalam hati.
Dan ternyata benar saja,taman ini adalah taman yang serng dikunjungi oleh aku dan kakakku,yaitu “Taman Cinta” begitulah aku dan kakakku menyebutnya. Aku tidak mengenalinya karena aku dan kakakku tidak pernah ke taman ini lewat pintu depan,jadi agak sedikit beda.
“Teman-teman bukankah kita pernah kesini sebelumnya?” Tanyaku kepada Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha.
“Iyaaa kau betul Aya..inikan taman sakura itu!” Jawab Mio setengah berteriak.
“Iya inikan taman yang waktu itu kita kunjungi bersama.” Jawab In Hee disambung oleh anggukan Jung Hee dan Micha.
Seraya kami semua langsung masuk dengan setengah berlari. Tamannya kali ini sangat indah karena banyak bunga sakura yang berguguran dan itu benar-benar menakjubkan. Aku dan teman-temanku menganga melihatnya.
“Ini benar-benar indah! “ Teriak Micha.
“Huaaaaa…ini terlalu indah untuk dilihat!” Teriak Mio.
            Akhirnya kami berkeliling untuk melihat-lihat bunga sakura yang berguguran. Lalu kami melewati bangku yang biasa kududuki oleh kakakku. Di bangku itu banyak bunga sakura yang sudah gugur. Hampir setengah jam aku dan teman-temanku berkeliling di taman itu. Tak terasa sudah waktunya pulang. Wali kelasku pun juga sudah membolehkan kami pulang,hampir semua anak jalan kaki atau dijemput oleh mobil,karena memang rumah mereka semua rata-rata dekat dengan taman sakura. Kalau aku mungkin akan berjalan kaki saja,karena memang kakak tidak ada di rumah. Kakak juga mempunyai acara sama sepertiku. Sedangkan Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha mereka juga sepertinya jalan kaki.
            “Mio,Jung Hee,In Hee,Micha kalian jalan kaki atau tidak?” tanyaku kepada mereka semua.
“Kalau aku iya.” Jawab Mio.
“Aku juga.” Jawab Jung Hee dan In Hee bersamaan.
“Aku juga aya.” Balas Micha juga.
“Okeeyy..kita langsung berangkat saja yaa.” Ajakku kepada mereka semua. Tak lupa kami salam terlebih dahulu kepada wali kelas kami.
            Setelah salam kepada wali kelasku,aku dan teman-teman langsung pulang. Kami tidak ingin membuang waktu,jadi kami cepat-cepat untuk pulang ke rumah masing-masing. Kami cukup jalan kaki sekitar 40 menit untuk sampai di rumah.
Hari ini hari yang benar-benar menyenangkan untukku. Andai kakak ada disini,aku akan lebih senang. Tetapi aku tidak menyadari,sebenarnya pada hari ini ada suatu kejadian yang benar-benar akan membuatku kehilangan semangat hidup. Tak terasa aku dan teman-temanku sudah jalan cukup jauh,sekarang kami ingin menyebrang jalan. Kulihat tanda boleh menyebrang masih bewarna merah. Aku dan teman-temanku menunggu sebentar. Dan akhirnya lampunya berubah warna menjadi hijau,berarti sekarang boleh menyebrang. Aku ada di paling depan sedangkan teman-temanku ada di belakang. Lalu aku melangkahkan kakiku pelan-pelan. Tiba-tiba ada orang di belakang yang berteriak kepadaku.
“Ayaa awaas !” teriak seseorang.
            Aku menoleh ke arah kiri,ternyata ada mobil yang dikendarai ugal-ugalan dan tidak terkendali. Sepertinya supirnya mabuk. Padahal saat itu tanda boleh menyebrang masih bewarna hijau. Tiba-tiba ada orang yang mendorongku dari belakang. Aku langsung terguling dan hampir terantuk ujung trotoar. Dan saat itu juga aku mendengar suara rem mobil yang mendecit dan suara orang terpental sangat jauh. Aku tidak tau siapa itu orangnya karena pandanganku masih samar-samar. Aku mencoba berdiri tetapi jatuh lagi,aku mencoba lagi dan aku terjatuh lagi. Di sekelilingku ada orang yang menolongku berdiri. Saat aku bisa berdiri aku langsung berlari ke arah pusat kerumunan orang. Ternyata orangnya lebih banyak dari yang tadi menolongku. Karena sangat penasaran siapa orangnya,aku langsung menyerobot kerumunan orang-orang itu tanpa memperdulikan perasaan mereka. Karena sangat tergesa-gesa aku menginjak sebuah benda tanpa sengaja,aku menyadarinya dan langsung mengambil benda itu. Ternyata benda itu adalah jam tangan.
            “Jam ini seperti jam kakak.” Batinku.
            Karena tidak ingin membuang waktu,aku langsung mengantongi jam itu dan terus menyerobot lagi. Dan akhirnya aku sampai di tengah kerumunan itu. Ternyata sudah ada orang yang menelpon ambulance untuk segera datang. Karena pandanganku masih sedikit samar-samar,aku masih tetap tidak bisa melihat orangnya. Dan akhirnya aku melihat orang itu. Ternyata orang itu adalah…
            Kakakku sendiri…
            Aku langsung kaku dan tidak bergerak sama sekali. Lalu ada satu orang yang mengguncakan badanku.
            “Permisi nyonya,apa anda keluarganya?” Tanya orang itu yang sama sekali tak kukenal. Aku hanya diam saja,aku sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan orang itu sekarang. Aku sangat shock,rasanya lidahku menjadi kaku. Orang itu tetap saja menanyaiku sampai akhirnya Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha memanggilku bersamaan.
            “Aya!Aya!Aya!” panggil mereka sambil menyerobot orang untuk menjangkauku.
“Aya..kau tidak apa apa?” Tanya Mio khawatir. Ternyata Mio sudah ada disampingku.
Aku masih terus diam dan sesaat kemudian aku memeluk Mio sangat erat sambil menangis di pelukannya. Mio terlonjak kaget.
            “Mioo…kakak..kakak..kakak..” isakku kencang.
“Ada apa dengan kakakmu Aya?” Tanya Mio.
Aku langsung menunjuk ambulance. Mio masih bingung dengan maksudku dan akhirnya aku bilang yang sebenarnya ke Mio.
“Orang yang menolongku tadi itu adalah kakak,dia yang tertabrak mobil itu Mio.” Isakku semakin kencang. Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha kaget.
“Kenapa tidak aku saja yang tertabrak?kenapa tidak aku saja yang sakit?kenapa harus kakak?kenapa?kenapa?kenapa?.” isakku di pundak Mio. Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha ikut menangis juga.
“Kau harus sabar Aya,kau harus sabar,kakakmu pasti akan selamat.” Ucap Mio menyemangatiku.
Akhirnya mereka berempat membawaku ke rumah sakit tempat kakak dibawa. Mereka juga telah menghubungi orang tuaku. Saat itulah bunga sakura terakhir gugur di pohon dekat bangku itu. Dan saat itu juga kakakku mengalami kecelakaan,yang membuatku sangat sedih dan kehilangan semangat untuk hidup.
Saat Di Rumah Sakit…
Aku tertunduk lemas di kursi. Saat itu aku dan keempat temanku sedang menunggu hasil yang dokter berikan. Mataku sembab. Aku menangis tak henti-hentinya,dan aku memang tidak bisa membendung tangisan itu. Mio berada di sampingku sambil merangkulku. Jung Hee,In Jung,dan Micha sedang berdiri di sampingku juga. Mereka semualah yang kini sedang menenangkanku. Mereka semualah orang-orang yang sangat bisa menenangkanku. aku masih terus menangis. Mio juga masih terus merangkulku dengan hangat dan erat.
“Aya,ayolah jangan menangis lagi,tangisan tidak merubah apapun aya…” ucap Mio pelan kepadaku.
“Aku tidak bisa menghentikannya Mio…sangat susah..sangat susah!” isakku.
“Kau tau apa yang dirasakan kakakmu sekarang?” Tanya Mio. Aku menggeleng.
“Kini kakakmu juga sedang sedih melihatmu,dia juga sedang menangis,kau tidak mau membuat kakakmu menagis kan?.” Aku menggeleng.
“Jika memang kau tidak mau,kau harus berhenti menangis sekarang.” Tegas Mio.
            Setelah Mio mengucapkan kata-kata itu,beberapa saat kemudian aku berhenti menangis. Mio benar,tangisan tidak merubah apapun. Tangisan tidak membawa perubahan pada kakakku. Aku sadar bahwa kelakuanku sekarang memang salah. Tetapi bagaimana lagi,sekarang kondisi kakakku sedang kritis,aku tidak bisa hanya melamun saja disini. Cukup lama kami menunggu hasil dokter. Akhirnya dokter pun keluar. Kulihat raut wajah dokter begitu murung. Aku takut terjadi apa-apa dengan kakakku,tetapi semoga saja tidak.
“Dokter bagaimana keadaan kakakku?.” Tanyaku pelan kepada dokter. Dokter menggeleng.
“Keadaan kakakmu sangat kritis,dia mengalami luka dalam di bagian kepala,dan itu hampir membuatnya kehilangan nyawanya,tetapi kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan kakakmu.” Ucap dokter. Langsung seketika aku terjatuh lemas dan menangis. Aku tidak bisa menerima ini sekarang. Ini terlalu membuatku shock.dan terlalu sulit untuk diterima. Saat itulah ayah dan ibuku baru datang. Dengan setengah berlari mereka menghampiriku yang sedang menangis.
“Aya bagaimana kondisi kakakmu?.” Tanya ibu tergesa-gesa. Aku hanya menggeleng sambil terus menangis. Ibu dan ayah langsung menghampiri dokter. Dan dokter langsung membawa mereka berdua ke ruangannya. Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha langsung membantuku untuk berdiri. Dan mereka membawaku untuk pulang. Tuhan,kuharap ini semua hanyalah mimpi,kuharap saat sampai di rumah nanti kakakku sedang duduk di bangku sambil menungguku pulang.
Keesokan Harinya…
Aku sudah berada di rumah sakit. Hari ini aku memang tidak sekolah. Ibu sudah memberitahu guruku soal semua ini. Dan sementara ini aku tidak sekolah dulu. Sampai saat ini keadaan kakakku masih sangat kritis. Tetapi kakak sudah dibawa ke ruang perawatan. Dokter tidak bisa menganalisa sampai kapan kakakku akan bertahan. Aku terus berdoa semoga keajaiban terjadi pada kakak.
            Hari-hariku berjalan dengan sangat lambat. Aku tidak terbiasa menjalani hidup seperti ini. Apalagi setelah kejadian yang membuatku pasrah atas semuanya. Tetapi semua orang yang menyayangiku terus memberiku semangat agar aku tidak putus asa. Hampir setiap hari sahabat sahabatku yang setia terus menemaniku di rumah. Tidak peduli hujan ataupun panas,mereka akan selalu menyemangatiku dan menemaniku kapanpun aku mau. Ya itulah gunanya sahabat dalam hidupmu. Mereka semua memang mempunyai hati yang lembut seperti malaikat.
Beberapa Minggu Kemudian…
Tak terasa sekarang sudah minggu  ke 6 kakak dirawat di rumah sakit. Kondisi kakak sama saja seperti pertama kali. Tidak meningkat dan tidak menurun. Aku sudah tidak kuat menjalani hari-hari seperti ini. Karena kejadian ini,aku sampai pernah bilang bahwa aku ingin mati. Tetapi teman-temanku langsung bilang bahwa aku harus tabah menjalani kehidupan seperti ini. Mereka bilang banyak orang yang mempunyai nasib sepertiku bahkan ada yang lebih menderita dibanding denganku.
Minggu ke Delapan…
Sudah delapan minggu tak terasa berjalan. Tetapi tetap saja kondisi kakakku tidak berubah. Tetapi dokter pernah bilang bahwa kondisi kakakku mengalami peningkatan. Aku sangat senang mendengarnya. Setiap hari setelah pulang sekolah aku langsung pergi ke rumah sakit. Dan terkadang sahabat-sahabatku ikut juga. Di rumah sakit aku selalu mengajak kakak berbicara. Aku selalu memijit kaki dan tangan kakak. Dan aku juga sangat suka mengajak kakak bercanda. Walaupun sama sekali tak ada respon apapun. Aku tetap akan melakukannya. Itu sudah cukup membuat hatiku sedikit terhibur.
Minggu Kesembilan…
Hari ini musim semi. Tidak tau kenapa kemarin malam aku bermimpi tentang kakak. Aku bermimpi kakak sadar dari sakitnya yang lama. Dan mimpi itu membuatku senang. Aku terus berdoa semoga mimpiku benar-benar terjadi pada kakakku. Jika memang terjadi aku tidak tau harus berkata apa. hari ini sepetinya banyak kejadian yang menggangguku. Seperti saat tadi pulang sekolah ternyata rok sekolahku kotor terkena cipratan lumpur. Saat di sekolah aku terpeleset di kelas dan itu benar-benar membuatku malu karena semua teman-temanku melihatnya. Lalu aku lupa membawa tugas sekolah sehingga guruku menghukumku. Semua kejadian itu membuatku benar-benar jengkel dan kesal. Tetapi biarkan saja kejadian itu terjadi. Itu menjadi pelajaran untuk hidupku. Setelah pulang sekolah aku langsung pergi cepat-cepat untuk ke rumah sakit. Syukurlah tidak terjadi apa-apa saat di perjalanan menuju rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit,seperti biasa aku langsung mengerjakan kebiasaanku. Yaitu mengajak kakak mengobrol bersamaku. Tiba-tiba saat aku sedang mengajak kakak mengobrol. Ada suara bisikan pelan yang memanggil namaku. Aku mencari-cari sumber suara itu. Ternyata yang memanggil namaku adalah kakakku. Aku langsung terlonjak kaget dan langsung berlari menemui suster. Setelah suster mengecek ternyata kondisi kakakku sudah membaik. Ternyata mimpiku benar-benar terjadi. Ini sebuah keajaiban. Aku langsung menelpon ayah dan ibuku. Mereka terdengar sangat senang. Tuhan,terima kasih,engkau sudah mengabulkan semua doaku. Aku benar-benar bersyukur atas apa yang engkau berikan hari ini.
Esok Harinya…
Ternyata keadaan kakak sudah sangat baik. Aku benar-benar sangat senang. Bahkan saat aku menyampaikan berita ini kepada sahabatku saat di sekolah,mereka sampai loncat kegirangan karena terlalu bahagia. Kakakku sudah bisa jalan dengan baik lagi. Kakakku sudah mengoceh lagi seperti sediakala. Aku benar-benar tidak percaya dengan keajaiban ini. Baru saja hari pertama kakak sadar. Dia sudah mengajakku ke taman sakura untuk merayakan kesembuhannya. Seperti biasa di taman sakura aku dan kakakku duduk di bangku taman yang biasa kududuki bersama kakak. Aku berceloteh panjang tentang semua yang kualami saat kakak sakit. Mulai dari yang sedih,senang,terharu,menegangkan,dll. Dan kakak sangat senang mendengar semua celotehanku itu. Aku sangat senang karena ternyata kakakku sudah sehat seperti dahulu.
Dua Hari Kemudian…
Aku tak sabar untuk pergi ke rumah sakit lagi. Kondisi kakakku memang sudah membaik. Tetapi dokter masih menahan kakakku untuk dirawat di rumah sakit. Sekalipun kakak sudah merayu dokter agar membolehkannya pulang tetapi dokter tidak memberi izin. Saat sampai di rumah sakit aku langsung disambut oleh kakakku. Aku langsung mengobrol asyik dengan kakak. Sebenarnya kakak sangat ingin pulang. Aku juga sangat menginginkannya. Tetapi lagi-lagi dokter tidak membolehkannya. Sudah dua jam aku dan kakak mengobrol,akhirnya kami berjalan-jalan di Taman Rumah Sakit. Aku mendorong kakak di kursi rodanya sambil bercengkrama ria. Suasana bersama kakak memang paling indah. Tiba-tiba kakak memberiku sebuah surat. Aku bingung kenapa kakak memberiku surat. Kakak bilang aku tidak boleh membukanya sekarang,aku hanya boleh membukanya besok setelah pulang sekolah. Aku membujuk kakak agar membolehkanku membuka surat itu sekarang. Tetapi bujukanku tidak mengubah pendirian kakak. Akhirnya aku menyerah.
Esok Harinya…
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku sengaja pulang duluan agar bisa pergi ke Rumah Sakit dengan cepat. Tiba-tiba handphone ku berbunyi. Tidak tau kenapa saat handphone ku berbunyi aku mempunyai firasat yang buruk dan hampir tidak ingin mengangkatnya. Tetapi karena itu ternyata dari ibuku aku langsung mengangkatnya.
“Halo ibu,ada apa?.” Tanyaku.
“Kakakmu Aya,kakakmu…” Jawab ibu tergesa-gesa sambil menangis.
“Ada apa dengan kakak bu?.” Tanyaku ketakutan. Tiba-tiba telpon terputus disitu. Aku benar benar sanagt bingung apa yang tadi dibicarakan oleh ibu. Akhirnya tanpa basa-basi,aku langsung berlari menuju Rumah Sakit dengan cepat. Hampir saja aku menabrak orang. Aku berlari sangat cepat sampai sepatuku sudah hampir mau terlepas. Sesampainya di Rumah Sakit aku langsung berlari menaiki eskalator dengan cepat. Saat sampai di depan pintu kamar kakak,aku langsung mendobraknya. Aku terlonjak kaget. Di dalam kamar itu tidak ada kakak. Di tempat tidurnya tidak ada kakak. Di mana-mana tidak ada kakak. Kakak…kakak…kakak. Aku langsung terjatuh lunglai sambil menangis tersedu. Tiba-tiba ibu datang ke kamar. Mungkin ibu mendengar suaraku menangis. Ibu langsung memelukku dari belakang.
“Ibu..ini tidak mungkin kan bu?ini hanya mimpi kan bu?jangan terjadi lagi bu..jangan..” Isakku kencang.
“Tidak Aya,ini memang sudah terjadi,relakan saja Aya..” Balas ibu menangisjuga.
“Kemarin kakak masih sehat-sehat saja bu..aku yakin kakak kemarin masih sehat.” Aku menangis semakin kencang. Ibu masih tetap menangis juga. Ibu lalu membantuku berdiri untuk bertemu dengan dokter. Ibu memang benar,kakak sudah tiada. Ia sudah meninggalkanku sendirian tanpa memberitahuku. Padahal kemarin kakak masih sehat-sehat saja. Kemarin saja aku dan kakak masih berjalan-jalan di Taman. Tetapi kenapa sekarang?kenapa?aku bingung dengan semua ini?aku bingung?kakak sudah berjanji kepadaku untuk terus berada di sampingku,tetapi ternyata….kakak tidak menepati janjinya dan meninggalkanku sendirian disini. Ya Tuhan kenapa semua ini harus terjadi padaku?mengapa aku harus menderita kembali?aku bingung dengan semua ini.
Esok Harinya…
Hari ini pemakaman  kakak. Banyak orang yang datang termasuk saudara-saudaraku,teman-teman kakak,dan teman-temanku. Mereka semua juga tampak bersedih. Sekarang aku sedang bersama Mio,Jung Hee,In Hee,dan Micha. Mereka benar-benar sahabatku. Mereka terus menerus menenangkanku sampai aku tenang dan tidak lagi menangis. Tiba-tiba aku teringat akan surat yang kakak berikan kepadaku waktu itu. Aku langsung cepat membukanya dan membacanya
Dear Aya…
Adikku tersayang Aya…
Kau adalah mentariku…
Kau adalah cahayaku…
Kau adalah jiwaku…
Maaf…jika kakakmu ini hanya bisa memberimu tangisan…
Kakak sangat ingin selalu membuatmu tertawa…
Hanya sampai sini kebahagiaan yang kakak beri…
Terakhir kali kita bercengkrama,kakak melihat raut wajahmu lebih ceria dibanding apapun dan kakak sangat senang melihatnya…
Maaf…kakak hanya bisa tinggal disini sampai saat ini…
Walaupun kakak tidak ada…tetapi hati kakak selalu ada di hatimu…
Kau adalah adik yang terbaik di dunia ini…
Terima kasih atas semua yang telah kau berikan kepada kakak…
Thanks for your time being in my life…
Terima kasih telah menjadi mentari yang selalu menyinari hati kakak…
Maaf…hanya sampai sini…
Surat terakhir kakak untukmu mentari…
I Love You Aya…
Aku menangis sangat kencang dan bahkan hampir menjerit keras hanya karena surat ini. Di dalam surat ini kakak menyelipkan foto-foto dan kalung. Foto saat Musim Semi,Gugur,Panas,dan Dingin di Taman Sakura itu. Dan kalung itu berbentuk hati. Di dalam kalung itu ada fotoku dan foto kakak. Aku langsung kembali menangis kencang.
“Kakak…kakak…kakak !.” Isakku.
“Aku sangat mencintaimu,aku sangat menyayangimu,aku rindu padamu kakak !.” Jeritku.
“Kakak ! jangan tinggalkan aku sendiri disini ! aku ingin menyusul kakak ! aku masih ingin bersama kakak !.” Isakku semakin kencang. Ibu dan Ayah juga semakin menangis.
“Aya,jangan menangis lagi,relakanlah kepergian kakakmu,ini bukan jalan terbaik Aya,caranya tidak seperti itu !. “ Ucap Mio menenangkanku. Aku tetap tidak bisa berhenti. Di dalam pikiranku hanya ada kakak,kakak,dan kakak.
“Tidak Mio,aku tidak bisa,aku masih ingin kakak di sampingku !.” Tangisku lagi. Mio langsung memelukku dengan erat dan sangat hangat.
            Hari ini memang menyedihkan. Tetapi benar kata Mio,aku harus merelakan kakak. Semoga kakak mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Kak,aku menyayangimu,aku mencintaimu, kukira ini hanya mimpi,tapi ternyata tidak. Jika memang ini mimpi,tolong bangukan aku dari mimpi burukku ini.
2 Tahun Kemudian…
Pagi ini hari yang cerah dan indah,karena hari ini Musim Semi,musim yang sangat kusenangi. Tak terasa sudah dua tahun berlalu sejak kematian kakak. Rasanya beda menjadi anak tunggal. Aku pun sekarang sudah lulus dari Baehwa Girls’ High School dan melanjutkan ke Han Gook University. Aku sangat bersyukur hari ini hari libur. Karena aku bisa bertemu dengan kakak. Aku sudah siap-siap untuk berangkat. Tak lupa aku salam terlebih dahulu kepada Ibu dan Ayahku. Sebelum pergi ke makam kakak,aku pergi dulu ke Taman Sakura. Setelah sampai disana sudah banyak orang yang berada di taman itu untuk melihat bunga Sakura yang mekar. Mereka memang selalu di nanti-nanti oleh banyak orang. Rasanya sepi disini seorang diri. Semua pengunjung disini pergi bersama kakaknya,adiknya,orang tuanya,dll. Tetapi aku hanya sendiri disini,tidak bersama siapa-siapa. Tetapi tak apa,aku sudah terbiasa menjalaninya. Aku hanya berkeliling memandangi Sakura yang mekar sambil menahan rasa sedih karena teringat oleh kakakku. Lalu aku melewati sebuah bangku. Ya,bangku itulah yang menyimpan banyak sekali kenangan tentang aku dan kakakku. Aku langsung menghampiri bangku itu dan duduk di bangku itu. Tepat di belakang bangku itu ada sebiah pohon Sakura besar. Karena itulah aku dan kakakku sering duduk disini. Aku bisa dengan mudah melihat bunga Sakura yang mekar. Tak terasa aku meneteskan air mata dan aku segera menghapusnya dengan sapu tangan. Setelah pergi dari taman itu,aku langsung pergi ke makam kakak. Aku cukup naik bus saja untuk pergi ke makam kakak. Tak lupa aku membawa bunga Sakura untuk diberikan kepada kakak. Itulah kegiatan rutinku. Setelah samapai disana aku langsung menyapa kakak.
“Hai kak,apa kabar kakak hari ini?.” Tanyaku. Memang setiap aku mengunjungi makam kakakku,aku pasti menanyai kabarnya dan bercerita banyak tentang kegiatanku. Sekalipun tak ada jawaban,aku tetap akan melakukan hal itu.
“Kak,kakak tahu tidak yang kulakukan hari ini?.” Aku terdiam sejenak.
“Aku pergi ke taman itu kak,Taman Cinta,bunganya hari ini sedang bermekaran kak,dan itu benar benar sangat menakjubkan.”
“Dan aku juga duduk di bangku itu kak…” aku terdiam cukup lama. Dan aku tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya aku menangis.
“Kakak ! aku sangat merindukanmu…aku ingin kakak di sampingku sekarang…rasanya menjadi anak tunggal sangat tidak enak..aku sangat kesepian kak !.” Isakku kencang. Hari ini aku benar-benar menangis tersedu untuk kesekian kalinya.
“Kak,aku tidak bisa menahan rasa sedih ini. Walau sudah dua tahun lamanya kak. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk berhenti tetapi itu tetap tidak bisa dihentikan.” Isakku kembali.
“Kak,bagaimana caranya?bagaimana caranya?aku sudah tidak kuat lagi ! lebih baik aku mati sekarang !.” Teriakku.
“Kesedihanku semakin lama semakin meningkat. Aku ingin sekali berhenti,tetapi usahaku itu sia-sia kak,tetap saja kak ! tetap saja !.” Teriakku. Tiba-tiba saat aku sedang menangis,ada sesuatu yang membisikkan telingaku.
“Kau tidak boleh seperti itu Aya,kau harus kuat. Kau harus tabah. Walau kakak sudah tiada.tetapi hati kakak tidak akan pernah hilang dari hatimu. Tangisan tidak merubah apapun Aya. Kau harus berhenti untuk menangis. Buatlah dirimu senang setiap hari. Kau pasti bisa Aya ! Pasti bisa !.”
            Tangisku semakin lama semakin mereda setelah mendengar bisikan itu. Aku memang agak terkejut mendengar itu. Tetapi perkataan itu sangat benar. Kakak telah menjawab semua keluh kesahku. Aku sudah tidak menangis lagi sekarang . dan aku sudah bertekad untuk tidak menangis lagi dan tetap tabah menjalaninya. Tangisan memang tidak membawa perubahan. Sekalipun aku menangis,aku akan tetap menjadi anak tunggal dan kakak akan tetap tidak akan kembali lagi. Setelah itu aku bergegas untuk pulang. Tak lupa aku memberi salam kepada kakak dan memberi buket bunga Sakura yang kubawa dan kutaruh di atas makam kakak. Aku mengikatkan sepucuk surat kecil di buket bunga Sakura itu. Sepucuk surat itu beruliskan…
“Yang menyayangimu…Atsutane Aya..
Thanks kak for your time being in my life…”
Persis seperti isi surat kakak. Kak,aku menyayangimu. Aku mencintaimu. Tenanglah di alam sana kak. I Love You.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar